PDM Kabupaten Lamongan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Lamongan
.: Home > Artikel

Homepage

Sejarah Muhammadiyah Bulu Brangsi

.: Home > Artikel > PDM
12 Januari 2016 11:48 WIB
Dibaca: 2738
Penulis : Maslahul Falah

LATAR OMBO JEMBAR KALANGANE, 
MEREKA ULANG SEJARAH MUHAMMADIYAH BULUBRANGSI
 
Pengantar sejenak 
 
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 8 Dzulhijjah 1330/11 November 1912 Masehi di Yogyakarta, gerakan Islam Muhammadiyah terus mengepakkan sayap perjuangannya ke beberapa pelosok tanah air dengan beragam kondisi dan lingkungan. Muhammadiyah bergerak masuk ke dalam masyarakat dari berbagai suku dan status sosial, meskipun di beberapa tempat sempat mendapat tantangan dan tentangan. Namun tentangan ini tidak menyurutkan perjuangan para tokoh Muhammadiyah untuk senantiasa  menyebarkan bibit gerakan Islam sehingga diharapkan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.   
 
Keteguhan tokoh-tokoh Muhammadiyah tersebut berbuah manis di Jawa Timur. Peran KH. Ahmad Dahlan sendiri sangat signifikan bagi tumbuh kembangnya Muhammadiyah di Jawa Timur ini. Karena Ahmad Dahlan sering datang ke Surabaya  untuk memberikan dakwahnya di tiga tempat, yakni di Kampung Peneleh (dekat rumah HOS Cokroaminoto), Plampitan, dan Ampel (di langgar dekat rumah H. Mas Mansur). Dakwah Ahmad Dahlan ini disaksikan dan diikuti juga oleh Ir. Soekarno (Presiden RI pertama) dan Roeslan Abdulgani (tokoh Jawa Timur), yang diperkirakan pada tahun 1916, didasarkan pada pengakuan Soekarno bahwa tatkala berumur 15 tahun dia pertama kali berjumpa dan merasa terpukau dengan dakwah Ahmad Dahlan. Sementara Soekarno sendiri lahir pada 6 Juni 1901. Bibit Muhammadiyah di tanah Jawa Timur sudah diterbarluaskan oleh KH. Ahmad Dahlan melalui dakwah-dakwahnya yang penuh dengan pencerahan lahir dan batin. 
 
Tokoh  sentral lainnya di Jawa Timur adalah KH. Mas Mansur. Dia ini yang secara aktif berkomunikasi dengan KH. Ahmad Dahlan seputar gerakan pembaruan Islam di Indonesia. Meskipun Mas Mansur pernah mengenyam pendidikan di Mesir kurang lebih dua tahun, dia tidak kenyang ilmu dan perjuangan. Kehausan pada perjuangan keislaman ini bertitik temu dengan tokoh pembaruan KH. Ahmad Dahlan. Perjumpaan pemikiran mengantarkan pada perjumpaan fisik. Inilah yang terjadi di tahun 1915, ketika Mas Mansur bersilaturrahmi dan bertaaruf  kepada Ahmad Dahlan di Yogyakarta dan diulanginya lagi tahun 1916. 
 
Pertemuan intensif berhasil membangun kesepahaman pemikiran dan aksi bersama untuk memperjuangan gerakan Islam Muhammadiyah. Tepat 1 November 1921 berdiri Muhammadiyah Cabang Surabaya dengan Surat Ketetapan HB Muhammadiyah No. 4/1921 dan menunjuk sebagai Ketua adalah Mas Mansur dengan dibantu oleh H. Ali, H. Azhari Rawi, H. Ali Ismail dan Kiyai Usman. Dari Surabaya ini, gerakan Islam Muhammadiyah bergerak ke Kepanjen pada 21 November 1921 sudah berdiri Muhammadiyah Cabang Kepanjen, Cabang Muhammadiyah Sumberpucung tahun 1922.  Kemudian ke Blitar tahun 1921, Ponorogo tahun 1922. 
 
Namun demikian, perkembangan Muhammadiyah ke Lamongan baru pada sekitar tahun 1950/1951. Jika dibandingkan dengan Muhammadiyah Tuban yang berdiri tahun 1933, Muhammadiyah Gresik berdiri tahun 1926 dan Muhammadiyah Bojonegoro tahun 1947, maka berdirinya Muhammadiyah di Lamongan jauh terlambat. Akan tetapi benih Muhammadiyah di Lamongan sudah tertanam sejak tahun  1936 di Desa Blimbing Kecamatan Paciran yang dikembangkan oleh H. Sa’dullah dan dibantu oleh seorang perempuan Zainab yang lebih dikenal dengan Siti Lembah. Di samping itu juga ada ulama KH. Muhammad Amin Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Al-Amin Tunggul Paciran) dan KH. Amar Faqih (Pemangku Pondok Pesantren Maskumambang Gresik, meskipun bukan Muhammadiyah, tetapi materi dan misi perjuangannya pada tahun 1950-an sangat memberikan landasan berdirinya Muhammadiyah di daerah Lamongan, termasuk di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren. 
Pada saat itu, pengaruh pemikiran Masyumi dan ”Gerakan Wahabi” di Lamongan dan khususnya di Bulubrangsi cukup signifikan. Beberapa kali KH. Amar Faqih mengisi pengajian yang diadakan di Bulubrangsi atau mengikuti pengajiannya di Pesantren Maskumambang. Selain itu, kehadiran (alm.) KH. Showab Mabrur dari pesantren Al-Amin Tunggul sangat memudahkan paham pemikiran keagamaan Muhammadiyah diserap dan tumbuh di Desa Bulubrangsi dan sekitarnya. Memang pada awalnya berupa bibit pemahaman keagamaan Islam yang didakwahkan kepada masyarakat dengan pemahaman yang ”lebih murni” dari ajaran wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yang belakangan lebih dikenal dengan gerakan Islam Muhammadiyah.
Sketsa Masyarakat Bulubrangsi   
Keberadaan Desa Bulubrangsi sangat penting bagi perjalanan arus utama pemikiran keagamaan modernis (baca juga : Muhammadiyah) untuk desa atau daerah di sekitarnya. Penduduk Desa Bulubrangsi mayoritas adalah petani pemilik dengan tingkat kehidupan tergolong makmur. Secara geografis, Desa Bulubrangsi terletak tidak jauh dari pusat-pusat keilmuan Islam yang belakangan menjadi gerakan Muhammadiyah. Bisa disebut Desa Blimbing Kecamatan Paciran, yang seperti dikatakan di atas, sebagai pusat pertama kali bibit Muhammadiyah ditanamkan. Di samping itu, Blimbing berkembang sebagai pasar  perniagaan, maka menjadikannya dikunjungi banyak orang, termasuk masyarakat Bulubrangsi dan sekitarnya. 
Ke Timur ada Desa Tunggul. Keberadaannya sendiri sangat jelas strategis bagi perkembangan perdagangan dan kehidupan keagamaan. Di Desa Tunggul ini hidup KH. Mohammad Amin Musthofa yang lebih dikenal dengan Kyai Amin (1912-1949). Beliau mengasuh Pondok Pesantren  yang dikenal Al-Amin, setelah ngelmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Termas, Ngeloh Sepanjang Kediri, dan Maskumambang Dukun Gresik. Kyai Amin ini banyak memberikan inspirasi dan andil yang cukup besar bagi penyebaran bibit Gerakan Muhammadiyah. Hasilnya sangat menggembirakan warga Muhammadiyah generasi belakangan, karena murid atau santri Kyai Amin menyebar ke beberapa daerah dan mentahbiskan dirinya sebagai pelopor dan tokoh Muhammadiyah di daerahnya masing-masing pada era 1970-an. Ada KH. Ahmad Khazim (putera dan santri) memimpin PDM Bojonegoro, KH. Mahbub Ihsan (santri) memegang PDM Tuban, KH. Abdurrahman Syamsuri (santri dan menantu) memegang PDM Lamongan, KH. Showab Mabrur (santri) pendiri dan penggerak PCM Laren, KH. Khozin Jalik (santri) pendiri dan penggerak Muhammadiyah Cabang Lamongan, S. Nuryadi, pendiri dan penggerak Muhammadiyah Solokuro, dan KH. Abdul Karim Zen, pendiri dan penggerak Muhammadiyah Cabang Paciran. 
 
Dari Tunggul bergerak lebih jauh ke daerah Dukun Kabupaten Gresik. Di daerah ini KH. Amar Fakih yang mengasuh Pondok Pesantren Maskumambang juga banyak memberikan andil penyebaran bibit Muhammadiyah di Desa Bulubrangsi. Sebagaian masyarakat Bulubrangsi mengikuti pengajian KH. Amar Fakih, sehingga pemahaman keagamaannya banyak diserap warga Bulubrangsi sebagai motivator untuk mendirikan gerakan Muhammadiyah.      
 
Jika dilihat dari tiga kategori anatomi sikap hidup beragama Islam penduduk Kabupaten Lamongan, maka masyarakat Bulubrangsi termasuk masyarakat santri. Atau dengan kata lain  memiliki budaya Islami cukup tinggi dengan ikatan keagamaan yang sangat kuat. Masyarakat santri ini sendiri sudah sejak lama hidup di Bulubrangsi. Tetapi ada kesulitan jawaban pasti bila ditanyakan sejak kapan Islam ada dan mulai berkembang di Desa Bulubrangsi ? Dalam masalah ini tokoh-tokoh sepuh Bulubrangsi tidak bisa memastikannya. Ada yang memperkirakan tahun 1918-an, 1921, 1922, atau bahkan sebelum tahun itu. Namun yang pasti, masyarakat Bulubrangsi beragama Islam itu sudah sejak lama.  Demikian pula dengan bagaimana sejarah Desa Bulubrangsi itu ? 
 
Pembacaan terhadap Muhammadiyah atau perjuangan Islam di Bulubrangsi terangkaikan dengan keislaman masyarakat Godog.  Sejarah keagamaan ini juga bertitik simpul dengan sejarah Muhammadiyah bagi kedua masyarakat, yakni masyarakat Desa Godog dan Desa Bulubrangsi. Lembaga Pendidikan (Sekolah Islam) terbagi menjadi dua, yakni Madrasah Banin (peserta didiknya dikhususkan laki-laki) di desa Godog dan Madrasah Banat (peserta didiknya dikhususkan perempuan) di Bulubrangsi. Pada awal berdirinya Muhammadiyah, pernah bergabung menjadi sebuah Ranting Godog-Bulubrangsi dengan mengikut Cabang Pangkatrejo. 
Berbicara tentang sejarah Muhammadiyah Bulubrangsi terbingkai dalam tiga tahapan/periode yang berkesinambungan. Pembagian tiga periode ini didasarkan pada temuan awal bahwa gerakan Muhammadiyah tidak langsung berdiri dengan struktur organisasi yang mapan laksana sekarang ini. Demikian pula tiga tahapan tersebut menggambarkan pola gerak dan semangat perjuangan menegakkan agama Islam di Bulubrangsi dengan pemahaman keagamaan yang terwarisi dari Masyumi. Ketiga periode tahapan tersebut adalah Pertama, periode mbubak alas; Kedua, periode perintisan; Ketiga, periode pemantapan organisasi.  
 
Pertama, periode mbubak alas.
Sejarah panjang keislaman masyarakat Bulubrangsi berbuah sampai kini. Paling tidak kalau mengambil sketsa mulai tahun 1950-an (sebelum 1960), kategori ”masyarakat santri” melekat untuk warga Bulubrangsi. Hal ini dibuktikan adanya dua kiyai besar di Bulubrangsi, yakni Kiyai Ismail di selatan yang mewakili kaum tua dan Kiyai Dahlan di utara yang mewakili kaum muda. Demikianpula hidupnya masjid dan madrasah (Madrasah Banat) menjadi identitas tersendiri dari masyarakat santri. Selain itu juga berkembang pemahaman keagamaan ”tradisionalis” dengan hidup suburnya tahlilan 3, 7, 21 hari orang yang meninggal, shalat tarawih masih lebih dari 11 rakaat. Keadaan masyarakat yang ”santri-tradisonalis” ini memacu semangat beberapa pejuang untuk merubah ke arah masyarakat Islam yang bersumberkan dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW (yang belakangan tersimbolkan dalam gerakan Muhammadiyah).  
Beberapa pejuang gerakan Muhammadiyah (masyarakat Islam modern) lahir dari dan berada dalam latar ombo. Jadi ada hubungan simbiosis-mutualisme antara keberadaan dan perjalanan ”Islam Muhammadiyah” dengan ”penduduk latar ombo”. Hal yang demikian ini bisa dipahami,  dikarenakan terdapat faktor sosial, ekonomi dan kekuasaan. Dengan modal latar ombo ini, perkembangan Islam ”Muhammadiyah” tersebut menemukan jalan lempang hingga kini. Di antara tokoh-tokoh yang gigih mbubak alas adalah H. Zawawi, H. Fatah, H. Mursyidin, dan H. Abu. 
Periode Perintisan 
 
Periode ini terjadi setelah Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno tahun 1960. Para aktivis Masyumi yang sebenarnya juga adalah orang-orang Muhammadiyah yang berkecimpung di Masyumi, kembali ke habibatnya, yakni Muhammadiyah. Masuknya faham Muhammadiyah ke Bulubrangsi dibawa oleh tokoh Masyumi KH. Showab Mabrur (alm) dari Desa Godog (sebelah barat Desa Bulubrangsi) yang pernah nyantri kepada KH. Mohammad Amin Musthofa (Kiyai Amin) di Pesantren Al-Amin Tunggul Paciran. Dalam sebuah penelitian, Kyai Amin inilah yang merupakan cikal bakal penabur faham Muhammadiyah tumbuh di Lamongan pada umumnya. Memang waktu itu belum bernama Muhammadiyah. 
 
Faham keislaman yang belakangan merupakan bibit Muhammadiyah itu terus ditanam dan dirawat oleh K. Fathurrohman, KH. Muhammad Syamsi dan K. Abdurrahim di beberapa tempat pengajian, apalagi waktu itu hanya ada satu masjid yang  di kemudian hari dinamakan Masjid Baiturrahim. Lama-kelamaan faham keagamaan Muhammadiyah tumbuh berkembang dari latar ombo yang sebelumnya juga sudah menjadi pilar pokok bagi tersebarnya Islam ”Muhammadiyah” tersebut. 
 
Sejak Masyumi dibubarkan itulah, tokoh-tokoh Muhammadiyah giat mendirikan dan menggerakkan Muhammadiyah di beberapa tempat, termasuk di Bulubrangsi. Sebelum berdiri sendiri, Muhammadiyah Bulubrangsi pernah bergabung dengan Godog yang dipimpin oleh (alm) KH. Showab Mabrur. Karena pada waktu itu, di Bulubrangsi belum memenuhi persyaratan berdirinya sebuah ranting Muhammadiyah, yakni harus ada 17 orang aktivisnya. Pada waktu itu yang berasal dari Bulubrangsi adalah H. Mahbub, H. Ersyad, Hasyim, H. Ismail, H. Sokran, H. Abu, H. Hasan Bisri, Fathurrahman, Achwan dan Kandar.  
 
Periode perintisan Muhammadiyah ini dipandegani oleh H. Sokran, H. Ismail, Achwan. Setelah pisah dengan Godog, kemudian Bulubrangsi berdiri sendiri. Yang ditunjuk sebagai ketua adalah H. Sokran (juga ketua Masyumi Bulubrangsi) dan Kandar sebagai sekretarisnya (?) serta bendahara H. Irsyad yang sekaligus bendahara masjid. Namun sumber lain mengatakan bahwa yang menjadi sekretaris pertama ini adalah Fathurrahman. Setelah periode H. Sokran ini kemudian diteruskan oleh H. Ismail dan Ahwan, meski ada juga yang menyebutkan setelah H. Sokran adalah Achwan. Namun, menurut Abdul Mokan, bahwa berdirinya Muhammadiyah didahului oleh Pemuda Muhammadiyah, sehingga muncul istilah anak (Pemuda Muhammadiyah) melahirkan bapak (Muhammadiyah).  
 
Pada tahapan ini, Muhammadiyah Bulubrangsi belum ada tata aturan organisasi, seperti periodisasi (masa bakti), buku-buku administrasi. Sehingga wajar manakala sangat jarang ditemukan bukti otentik tentang keberadaan permulaan organisasi Muhammadiyah ini. Namun demikian, kepengurusan Muhammadiyah sudah bergeliat dalam mengelola amal usahanya, seperti pengajian-pengajian rutin dan masjid dan di langgar H. Sokran serta di rumah jamaah. Ada juga kegiatan mendirikan Taman Kanak-kanak, mencari guru ke Lamongan, Dukun dan Yogyakarta. Pengisi pengajian kadangkala mendatangkan Alm. KH. Showab Mabrur, tetapi yang rutin diisi Abdurrahim (di masjid) dan KH. M. Syamsi (di madrasah) serta Fathurrahman (di latar ombo). 
 
Dalam bidang ekonomi sudah memberikan bantuan penyantunan dan pelayanan masyarakat miskin (yang sekarang dikenal PKU) yang dikenal dengan nama Dansi (Dana Sosial Islam). Dansi ini dikoordinasikan dan dipusatkan di rumah H. Ismail. Tetapi menurut Abdul Mokan bahwa Dansi bukan didirikan oleh Muhammadiyah. Pendapat ini diperkuat oleh kesaksian KH. Muhammad Syamsi. Menurutnya, setelah lulus dari Pondok Pesantren Gontor Ponorogo tahun 1960 (tanggal dan bulan lupa) dan kembali ke kampung halaman (Bulubrangsi), dia bersama kawan-kawan mendirikan Dansi tersebut. Adapun susunan pengurusnya  sebagai berikut : 
 
Ketua : KH. Mohammad Syamsi
Wakil Ketua : Fathurrohman
Anggota : Syueb, H. Ismail, Abdurrohim, dan Yahya. 
Kegiatan Dansi sendiri meliputi antara lain : 
  1. Membantu kain kafan bagi warga yang meninggal dunia berikut peralatan penguburan dari bambu. 
  2. Menyantuni warga yang melahirkan dengan memberi beras dan uang sekadarnya. 
  3. Menyekolahkan anak yang tidak mampu ke ke Maskumambang Dukun Gresik,  yaitu Rumilah, Zuriyah, Yasri. 
Untuk menunjang kegiatannya itu diusahakan sumber dana dari masyarakat berupa tarikan dari rumah ke rumah dengan petugasnya Muhammad Syamsi dan Abdurrahim. Adapun yang berkaitan dengan bambu bagi orang yang meningal disediakan oleh Mohammad Syamsi sendiri. 
Setiap perjuangan pasti ada tantangan dan tentangan. Maka dari itu, upaya  mendirikan Muhammadiyah di Bulubrangsi menghadapi tantangan, antara lain dari sebagian masyarakat yang tidak menerima kalau orang yang meninggal dunia tidak diadakan upacara 3,7, harinya.  
Namun kapan sejatinya Muhammadiyah resmi berdiri di Bulubrangsi ? Memang tidak ada sumber keterangan yang valid mengenai hal ini. Hanya memberikan ancer-ancer, yakni setelah Masyumi bubar. Sebuah sumber menyebutkan bahwa Muhammadiyah Bulubrangsi mulai aktif kepengurusannya pada tahun 1961 dengan susunan pengurus : 
Ketua : H. Ismail
Sekretaris : Fathurrahman
Bendahara H. Irsyad. 
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Ketua pertama Muhammadiyah Bulubrangsi adalah Achwan dan berdiri tahun 1961. Ada juga beberapa sumber yang memberikan tahun 1966, karena keterangan beberapa pelaku sejarah setelah Masyumi bubar belum ada secara resmi nama Muhammadiyah, tetapi baru sesudah peristiwa G30SPKI itulah geliat Muhammadiyah di Bulubrangsi ada. Dari beberapa keterangan tersebut, diperlukan kepastian dengan berdasarkan data-data dan informasi yang lebih mendekati kevalidan. 
Tahun 1966 menjadi tahun yang mendekati kevalidan dan tepat untuk menyatakan berdirinya organisasi Muhammadiyah Bulubrangsi. Karena tahun 1966 ini pernah diadakan rapat di Pondok Pesantren Kidul dengan agenda mendirikan Muhammadiyah yang bibitnya sudah tersibghahkan sebelum Gestapu. Rapat itu menghasilkan keputusan tentang susunan kepengurusan Pimpinan Muhammadiyah Bulubrangsi sebagai berikut :  
Ketua : Ahwan (pada waktu itu masih menjabat Carik desa Bulubrangsi)
Sekretaris  : M. Kandar 
Bendahara  : H. Irsyad/H. Ihsan 
Anggota : 
  1. H. Hasan Bisri 
  2. H. Syukran 
  3. H. Abdul Halim
  4. H. Abu Syuja’
  5. Fathurrohman 
  6. H. Fattah 
  7. H. Molan
  8. H. Ismail
  9. H. Zawawi 
Pemberian kepastian pada Ahwan sebagai Ketua pertama Muhammadiyah Bulubrangsi juga didasarkan pada sumber dari alm. Roichan Achwan (putera Achwan) yang pernah mengatakan bahwa ayahandanya pernah mandegani berdirinya Muhammadiyah di Bulubrangsi.  
Selain menghasilkan susunan kepengurusan, rapat tersebut juga menyusun langkah untuk menjalankan program kerja yang terdiri dari : 
 
  1. Mengelola Pendidikan/Madrasah di tanah H. Syokran. 
  2. Membangun masjid. 
  3. Mengurus zakat. 
  4. Membelikan kambing bagi keluarga yang tidak mampu dengan dana sisa dari penarikan zakat fitri.
  5. Mengusahakan anak Muhammadiyah yang tak mampu untuk disekolahkan melalui panti asuhan di Surabaya. Anak yang disekolahkan antara lain, putera : Tajeri, Urhan, Badru, Mudli, Sutiaji, Afif dan Ahsan. Sedangkan yang puteri adalah Mahsuni, Munadliyah, Siti, Ida binti Kemin, Ma’rufah dan Tatik. 
Namun demikian, pada tahap perintisan ini, H. Ismail mempunyai peran penting dalam perkembangan Muhammadiyah Bulubrangsi walaupun tidak dalam posisi ketua Muhammadiyah. Sebagaimana disebutkan di awal bahwa rumah H. Ismail laksana ”gudang” atau lumbung padi dan hasil pertanian lainnya. Karena hasil pengumpulan zakat, infak dan sodaqah ini dikoordinir dan dikumpulkan di rumah H. Ismail. Peran inilah justru yang lebih dikenal dan dikenang umat Muhammadiyah Bulubrangsi. Di luar itu memang H. Ismail juga dalam keadaan kaya harta ditambah dengan jiwa perjuangan yang kuat sehingga Muhammadiyah Bulubrangsi bisa berkembang dengan baik, dengan salah satu programnya adalah mendatangkan guru dari luar Bulubrangsi dengan biaya Muhammadiyah.  
 
Periode pemantapan organisasi 
 Periode ini dimulai tahun 1970-an dan lebih bernuansa ”alih generasi”. Setelah periode perintisan, kemudian kepengurusan Muhammadiyah Bulubrangsi sudah mulai tertata secara baik. Periode ”alih generasi” (1970-1983/1985) ini tersusun kepengurusan Muhammadiyah Bulubrangsi berikut : 
Ketua :  Fathurrohman 
Sekretaris : Kandar 
Bendahara : H. Irsyad 
Sedangkan yang mengurusi Perguruan Muhammadiyah adalah H. Sokran dan H. Abdul Halim. Pada tahap awal periode pemantapan organisasi ini, alm. KH. Abdul Fatah sangat berperan dan memberikan warna tersendiri bagi perjalanan dan perkembangan Muhammadiyah Bulubrangsi. Sejak menginjakkan kaki di Bulubrangsi pada tahun 1972/1973, alm. KH. Abdul Fatah sudah dipasrahi untuk membantu kepanitiaan pembangunan Masjid Baiturrahim. Demikian juga dengan urusan pendidikan dan pelayanan umat, alm. KH. Abdul Fatah juga turut mengurusnya, setelah dipasrahi oleh       H. Ismail. Dari Bulubrangsi ini, keikhlasan dan kesungguhan dalam perjuangan di Muhammadiyah alm. KH. Abdul Fatah diakui oleh masyarakat Muhammadiyah Cabang Laren dengan mempercayainya sebagai Ketua PCM Laren (kira-kira periode 1986-1990) yang menggantikan KH. Showab Mabrur (alm) yang meninggal dunia tahun 1986. 
 
Pada saat Musyawarah Daerah VI Muhammadiyah Lamongan di Babat pada 28-29 September 1991, alm. KH. Abdul Fatah terpilih sebagai Ketua PDM Lamongan untuk periode 1991-1996). Terpilihnya menjadi Ketua PDM ini, KH. Abdul Fatah memutuskan untuk berhijrah ke Kota Lamongan (dalam makna perpindahan dari medan perjuangan yang sempit ke medan perjuangan yang lebih luas dan variatif). Demikian pula Musyda VII Muhammadiyah Lamongan di Kota Lamongan pada tanggal 18-19 Mei 1996, peserta Musyda masih mempercayakan kepada beliau sebagai Ketua PDM Lamongan untuk periode 1996-2001. Hasil Musyda VIII Muhammadiyah Lamongan pada 10-11 Maret 2001 di Pondok Pesantren Muhammadiyah Modern Paciran, KH. Afnan Anshori terpilih sebagai Ketua PDM Lamongan dalam masa bakti 2001-2006 dengan Wakil Ketua KH. Abdul Fatah dan Drs. Ahsan Qomar. Keberlanjutan Musyda IX Muhammadiyah Lamongan di Sugio KH. Abdul Fatah kembali diminta menjadi Ketua PDM Lamongan pada periode pengembangan amal usaha Muhammadiyah berjalan cepat tahun 2006-2011. Takdir Allah berkata lain. Pada tanggal 24 Juli 2009 pukul 08.45 WIB, KH. Abdul Fatah memenuhi panggilan Allah SWT di RSU Muhammadiyah Lamongan dan dikebumikan setelah Jumatan di Lamongan.          
 
Kepemimpinan Muhammadiyah Bulubrangsi kemudian dilanjutkan periode 1980-an (1985-1990) untuk periode III dengan susunan pengurus sebagai berikut : 
Ketua : Mudhofir (alm)
Sekretaris : Abdul Jalil
 Bendahara : H. Mahbub. 
Periode ini berakhir dengan dilaksanakannya Musyawarah Ranting Muhammadiyah (Musyran) Bulubrangsi pada 8 Januari 1990 di Gedung Perguruan Muhammadiyah Bulubrangsi. Musyran ini bersamaan dengan Musyawarah Ranting Ortom Muhammadiyah (Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah). Hasil Musyran ini ditindaklanjuti dengan Rapat Pleno PRM Bulubrangsi pada 30 April 1990 yang bertempat di gedung Perguruan Muhammadiyah Bulubrangsi dan menetapkan susunan personalia  PRM periode 1990-1995 (periode IV) sebagai berikut : 
Ketua  : Mudlofir HM.
Sekretaris : Mohammad Thohir 
Bendahara : H. Dlohan 
Anggota : 
  1. M. Syamsi
  2. KH. Abdul Fatah (alm)
  3. H. Ghozi Muhammadun 
  4. Fathurrohman 
  5. M. Nasihin 
  6. Sumarji
  7. Abdul Jalil  
Beberapa kebijakan dan kegiatan yang ditanfizkan dari hasil Musyran ini adalah :
  1. Susunan dan personalia pimpinan persyarikatan (seperti tersebut di atas). 
  2. pendataan anggota Muhammadiyah, dilakukan sidang pendataan anggota pada 10 Mei 1990 dengan jumlah anggota sebanyak 235 orang. 
  3. pengajuan untuk NBM (dh. NRB) bagi anggota Muhammadiyah. 
  4. kegiatan sosial (perbaikan rumah). Program ini dilaksanakan pada rumah Saudari Ummu Kholiso dan rumah Saudara Dipin. 
  5. kegiatan temporer, meliputi : harian, mingguan (pengajian rutin), bulanan (mengikuti Rakerpim) dan tahunan (kegiatan bulan Ramadhan, sholat Id, Musyda, pelaksanaan perintah atasan).    
  6. perumusan tugas dan fungsi tata kerja pimpinan (belum bisa dilaksanakan secara menyeluruh). 
  7. pelaksanaan program kegiatan persyarikatan
  8. laporan keuangan. 
 
Dalam periode ini bagian kesekretariatan mencatat bahwa selama satu periode (1991-1996) telah diadakan pertemuan anggota Pimpinan ranting sebanyak 20 kali, menerima surat dari Pimpinan Muhammadiyah Cabang sebanyak 20 kali, dan mengeluarkan surat sebanyak 20 kali. Kegiatan yang sangat menonjol dan bersifat rutin adalah di bidang sosial (urusan PKU). 
Setelah habis masa bakti 1990-1995 (1991-1996), maka diadakan Musyawarah Ranting Muhammadiyah Bulubrangsi pada 8 Januari 1997 di Perguruan Muhammadiyah Bulubrangsi. Musyran sendiri memilih dan mengesahkan lima (5) orang anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bulubrangsi periode 1995-2000 (periode V) dari 18 calon yang diajukan Panitia Pemilihan, yaitu : 
 
1. Mudlofir HM NBM. 503 332  28 suara 
2. Moh. Syamsi  NBM  351 940  22 suara 
3. Moh. Sabiq Mulia NBM. 630 109  19 suara 
4. Moh. Yaqin  NBM. 503 307  17 suara 
5. H. Ghozi M, LC.  NBM. 756 756  15 suara 
 Dari lima orang tersebutkan PDM Kabupaten Lamongan dengan Surat Keputusan  No. 039/SK.PDM/1.A/1.b/1997 menetapkan dan mengesahkan Mudlofir HM (alm) sebagai Ketua PRM Bulubrangsi untuk periode 1995-2000. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 003/SK.PR/I.A/1.b/1997 susunan lengkap personalia PRM Bulubrangsi periode 1995-2000 sebagai berikut : 
Ketua  : Mudlofir HM
Ketua I  : Moh. Syamsi
Ketua II  : Abdul Jalil 
Sekretaris I  : Moh. Yaqin 
Sekretaris II  : Nasihin 
Bendahara I  : H. Dhohan 
Bendahara II  : Sumarji 
Kepala bidang : 
        1. Keagamaan : M. Yasir, M. Sabar 
        2. P.K.S : Moh. Sabiq Mulia dan Fauzul Khotim
        3. Takmir : H. Ghozi M.,Lc dan Fathurrohman S
        4. Pendidikan : H. Abdul Fattah dan Moh. Thohir
Pada periode ini Mudhofir (Ketua) meninggal dunia pada tahun 1998 (?), dan digantikan oleh KH. Muhammad Syamsi sebagai Ketua PRM.  
Periode V diakhiri dengan diadakannya Musyawarah Ranting pada 4 Oktober 2001 (atau 19 Oktober 2001) di Perguruan Muhammadiyah Bulubrangsi. Dalam Musyran ini ditetapkan dan disahkan dan diusulkan kepada PDM Lamongan yang kemudian dikeluarkan Surat Keputusan (SK) : No. 039/SK/PDM/I.A/1.b/2000 Pimpinan Ranting Muhammadiyah masa jabatan 2000-2005 (Periode VI) sebagai berikut : 
 
1. Moh. Yaqin, S.Ag.  32 suara 
2. Moh. Sabiq Mulia 27 suara 
3. Moh. Thohir  20 suara 
4. H. Fauzul Khotim, BA. 18 suara 
5. Abdul Mokhan 4 suara 
Kemudian disusun personalia lengkap dalam rapat formatur pada 29 Desember 2001 sebagai berikut : 
Ketua  : Moh.  Yaqin, S.Ag. 
Wakil Ketua  : Moh. Sabiq Mulya 
Sekretaris  : M. Thohir  
Wakil Sekretaris: Moh. Nasihin 
Bendahara : Abdul Jalil 
Wakil Bendahara : Kastalil 
Dilengkapi dengan kepala bidang : 
        1. Tabligh dan Dakwah : Moh. Yasir, Mustaqim dan Moh. Sabar.
        2. Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat : H. Fauzul Khotim, BA., Zainul. Mahtum dan H. Dlohan.
        3. Takmir Masjid : Abdul Mokhan, Muchlisin, H. Maruwan.
        4. Pendidikan : Drs. Mahfud, Drs. Ghufron HS, dan Izidin, S.Ag. 
        5. PGMM (Pembina Generasi Muda Muhammadiyah) : Khusnul Huda, Drs. Abdullah Basri dan Ikhwan Fanani. 
Untuk melanjutkan kepemimpinan, maka diadakan Musyran periode 2005-2010 (periode VII) pada Jum’at, 15 September 2006 M/22 Sya’ban 1427 H di Perguruan Muhammadiyah Bulubrangsi dengan diikuti oleh 60 orang anggota PRM Bulubrangsi. Musyran menetapkan dan mengesahkan 21 orang calon pimpinan dengan mengambil 7 orang yang mendapatkan suara terbanyak : 
1. H. Fauzul Khotim, BA  45 suara 
2. H. Rufi’an, S.Ag.  39 suara 
3. Moh. Thohir, Ama. Pd.  36 suara 
4. Moh. Sabiq Mulya  34 suara 
5. Drs. Ghufron HS.  24 suara 
6. Drs. Abdullah Basri  20 suara 
7. Abdul Jalil  18 suara 
 
 
Ketujuh orang tersebut mengadakan sidang formatur pada 20 September 2006 untuk menyusun kepengurusan selengkapnya : 
Ketua I  : H. Fauzul Khotim, BA.
Ketua II  : H. Rufi’an 
Ketua III  : M. Sabiq Mulya  
Sekretaris I  : Drs. Ghufron HS 
Sekretaris II  : M. Thohir, Ama.Pd. 
Bendahara I  : Abdul Jalil 
Bendahara II  : Drs. Abdullah Basri 
Majelis-Majelis 
        1. 1. Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) 
Ketua  : Muchlisin 
Sekretaris  : Moh. Yasir 
Anggota  : Fathurrohman 
  Abdul Mokan 
  H. Naruwan 
  H. Ruskan 
  Fauzi 
        1. 2. Majelis Dikdasmen 
Ketua  : Drs. M. Rofiq 
Sekretaris  : H. Ghozi M, Lc. 
Anggota  : Ikhwan Fanani
  Drs. Mahfud
  M. Sabar 
  Zainuri 
        1. 3. Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (MKKM) 
Ketua  : Imron, SH.
Sekretaris : Drs. Ah. Yani 
Anggota  : M. Nasihin, S.Ag.
  H. Dhohan 
  Munir Mulya 
  Sun’an Yani 
  Mu’adlim 
        1. 4. Majelis Wakaf Zakat Infaq dan Sodaqoh (MAZIZ)
Ketua  : Nastain 
Sekretaris  : Mustaqim 
Anggota  :  Muzayin 
   Harto Ali 
   H. Zainul Makhtum 
   Suwito 
   Matayazid 
        1. 5. Majelis Pemberdayaan Kader (MPK)
Ketua  : Drs. Sholihin 
Sekretaris  : Drs. Yasak 
Anggota  : Izzidin, S.Ag. 
  Ahsanul Fuad 
  Naim 
  Abd. Ghofur 
Sejak H. Fauzul Khotim, BA. terpilih kembali sebagai Kepala Desa Bulubrangsi tahun 2007, maka kepemimpinan PRM dirubah berdasarkan musyawarah PRM Bulubrangsi pada 14 Juni 2008 sebagai berikut : 
Penasehat  :  1. KH. Moh. Syamsi 
   2. H. Yaqin, S.Ag. 
Ketua  I  : H. Rufi’an, S.Ag. 
Ketua II  : H. Fauzul Khotim, BA.
Ketua III  : M. Sabiq Mulya 
Untuk komposisi sekretaris dan bendahara serta majelis-majelis tetap. 
Geliat kepemimpinan Muhammadiyah 2006-2011 ini salah satunya tercermin dalam usahanya untuk menulis sejarah Muhammadiyah Bulubrangsi yang sebenarnya sudah lama tersimpan dalam setiap periode. Sejarah ini sangat perlu untuk dijadikan bahan refleksi dan aksi bagi generasi selanjutnya. Semoga. 
 
 
Rangkaian aksara dalam Sejarah Muhammadiyah ini bersumberkan : hasil wawancara dengan beberapa tokoh yang telah ditunjuk dan Laporan Pertanggungjawaban serta notulensi –rapat-rapat..
 
Tim Penulisan Sejarah Muhammadiyah Bulubrangsi 
Ketua  : H. Rufi’an, S.Ag. 
Sekretaris  : Drs. Sholihin 
Anggota  : M. Sabiq Mulya 
  Drs. Ghufron HS.
  Moh. Thohir, S,Pd.I. 
  Drs. Yasak 
  Maslahul Falah 

Tags: sejarahMuhammadiyahLokal , Lamongan

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website